Kota Malang – Wajarlah kiranya jika Kampung Glintung Go Green (3G) yang ada di RW 23 kelurahan Purwantoro, kota Malang ini menjadi kampung yang mendapatkan berbagai penghargaan dan pengakuan nasional hingga internasional. Pasalnya selain inovasi yang terus dilakukan dalam hal lingkungan, Kampung Glintung Go Green (Kampung 3G) ini merupakan kampung yang mengimplementasikan revolusi mental dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Hal tersebut disampaikan Ketua Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latif di Kampung Glintung Go Green pada tanggal 7 September 2017 lalu. Yudi Latif menilai penerapan asas-asas Pancasila sudah dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di Kampung 3G mampu mempercepat terjadinya revolusi mental seperti yang menjadi program Presiden Joko Widodo.
Ketua RW 23 kelurahan Purwantoro kota Malang yang merupakan inisiator Kampung 3G, Bambang Irianto mengakui bahwa kelahiran Kampung 3G merupakan wujud dari pelaksanaan asas Gotong Royong yang merupakan ciri khas dari Pancasila.
“Tidak mungkin kampung 3G ini bisa lahir karena seorang Bambang Irianto semata. Perlu kerjasama dan gotong royong dari semua pihak meski awal gerakannya saya yang memulai dengan kapasitas sebagai Ketua RW 23 dulunya,” ungkap Bambang Irianto.
Menurut Bambang, dengan berbagai kegiatan dan inovasi yang berhasil menjadikan Kampung 3G meraih berbagai keberhasilan dan penghargaan mampu merubah mindset warga Kampung 3G yang dulu sering terjerat lilitan hutang rentenir menjadi lebih sejahtera dan terinspirasi.
“Munculnya Kampung 3G memperkuat ekonomi warga dengan perubahan mindset sehingga tidak ada lagi rentenir masuk ke kampung 3G ini yang menunjukkan bagaimana gotong royong yang merupakan inti dari Pancasila bisa menyejahterakan masyarakat,” ungkap Bambang Irianto di sela-sela pelaksanaan diskusi Refleksi 20 tahun Reformasi dalam memperingati Hari Kelahiran Pancasila di Joglo Kampung 3G, Jumat (01/06) malam.
Kegiatan diskusi yang digagas oleh Kampung 3G dan Malang Peduli Demokrasi (MPD) itu dihadiri oleh berbagai kelompok dan komunitas, tokoh agama, tokoh masyarakat, budayawan serta akademisi dari berbagai perguruan tinggi dari Universitas Islam Malang (Unisma) hingga Universitas Indonesia.
“Tidak perlu menyalahkan orang lain, mari kita mulai berbuat dari diri sendiri untuk kota, daerah dan bangsa kita. Semoga diskusi ini bisa menjadi perbaikan dan kontribusi bagi kota Malang,” pungkas Bambang Irianto. (A.Y)