Ada Empat pilar yang terkandung dalam filosofi Brawijayan tersebut.
ADADIMALANG – Universitas Brawijaya sebagai suatu perguruan Tinggi Negeri yang berdiri di wilayah Kota Malang tentunya sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan di Indonesia. Apalagi kampus yang memiliki almamater berwarna Biru tersebut menjadi kampus dengan jumlah peminat terbanyak di Indonesia.
“Terkait jumlah mahasiswa, Universitas Brawijaya memang PTN terbesar di Indonesia, meski besar namun kualitasnya insyaAllah juga baik karena UB ini termasuk kampus yang mendapatkan peringkat world class university. UB sudah masuk di bawah rangking 1.000 universitas,” ungkap ,” ungkap Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D. Med.Sc.
Menurut Rektor Universitas Brawijaya,
sebagai universitas UB diberi mandat untuk melakukan proses pendidikan.
“Jika dulu kita hanya menjadi universitas sebagai agen transfer pengetahuan dengan mendidik mahasiswa, namun sekarang perguruan tinggi ini dituntut sebagai agen perubahan ekonomi artinya kita juga harus dapat menghasilkan inovasi dan khusus untuk UB kita ingin juga menjadi agen perubahan peradaban,” ungkap Widodo.
Menjadi agen perubahan peradaban tersebut menurut Widodo sesuai dengan filosofi yang dimiliki oleh Universitas Brawijaya yakni Filosofi Brawijaya.
“Ini mungkin belum banyak yang tahu Filosofi Brawijayan itu apa. Setidaknya ada empat pilar yang terkandung dalam Filosofi Brawijayan yang menjadi darah kita di Universitas Brawijaya dalam seluruh pengelolaan dan tata laksana yang ada di Indonesia termasuk model pendidikannya,” ujar Widodo.
Pilar pertama dalam Filosofi Brawijayan itu adalah kesatuan yang memiliki arti bahwa warga UB merupakan wujud kesatuan mengingat seluruh elemen warga Indonesia belajar di kampus Universitas Brawijaya.
“Saya kira hampir semua Suku di Indonesia itu belajar di UB karena semua bisa belajar di UB mulai dari Sabang sampai Merauke ya. Pilar kedua adalah pilar globalisasi mengingat mahasiswa UB itu tidak hanya dari Indonesia karena kitajuga memiliki mahasiswa internasional yang juga mendapat beasiswa dari UB,” ujarnya.
Pilar ketiga filosofi Brawijayan adalah toleransi. Universitas Brawijaya hingga saat ini merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang telah menandatangani nota kesepahaman dengan Densus 88 sebagai wujud bahwa UB tidak mendukung intoleransi sama sekali dalam segala hal.
“Tidak hanya membuat nota kesepahaman dengan Densus 88 saja. UB beberapa waktu lalu juga mulai menyusun kerjasama dengan Badan Nasional Pemberantasan terorisme (BNPT). Jadi kampus UB Ini adalah kampus toleran,” jelas Rektor UB.
Lebih lanjut Prof Widodo menyampaikan pilar terakhir filosofi Brawijayan adalah kesetaraan dimana kampus UB mengakui kesetaraan dalam hal gender, termasuk juga dengan penyandang difabel sehingga UB mendapatkan penghargaan internasional sebagai kampus yang ramah difabel. (A.Y)