Dua Dosen Perempuan Dikukuhkan Sebagai Profesor Baru UB

banner 468x60

Dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) serta dari Fakultas MIPA.

ADADIMALANG – Kondisi pandemi rupanya bukan alasan bagi Universitas Brawijaya (UB) untuk terus berkembang dan meningkatkan prestasi.

Salah satu yang saat ini terus diupayakan adalah menambah jumlah profesor yang dimiliki UB.

Bacaan Lainnya

Penambahan profesor UB ini dilaksanakan hari Sabtu lalu (26/02/2022) dalam kegiatan pengukuhan dua orang profesor yakni Profesor dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Dr. Astrid Puspaningrum, S.E., MM., CMA. yang merupakan profesor aktif ke-20 dari FEB UB dan Profesor aktif ke-162 di Universitas Brawijaya, serta menjadi Profesor ke-287 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Dalam pengukuhannya, Astrid Puspaningrum membacakan pidato ilmiahnya yang berjudul ‘Entrepreneurial Creativity Untuk Membangun Keunggulan Bersaing dan Meningkatkan Kinerja Pemasaran’ yang berlatar belakang Astrid permasalahan yang terjadi semenjak Asean China Free Trade Area (ACFTA) resmi rilis pada tanggal 1 Januari 2010 lalu khususnya pengaruh bagi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia.

Menurut Astrid, dengan ACFTA tersebut akan membuat UMKM di Indonesia menghadapi ancaman serius berupa proses deindustrialisasi.

“Ketidakmampuan produk-produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA akan menyebabkan penutupan unit-unit usaha. Para pelaku UMKM tidak lagi menjadi produsen, melainkan hanya sebagai sales dari barang-barang produksi negara importir lain,” ungkap Astrid.

Melihat ketidak mampuan produk-produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA, maka UMKM di Indonesia perlu membangun daya saing. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan perusahaan untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang adalah pendekatan yang didasarkan pada Resources-based view (RBV), dimana melalui RBV organisasi dapat membangun keunggulan bersaing yg berkelanjutan melalui pengunaan sumber daya berupa finansial, manusia, sarana fisik, dan intangible asset (knowledge).

Entrepreneurial Creativity yang disampaikan Astrid adalah model yang dikembangkan dari entrepreneurial creativity dan entrepreneurial networking sehingga akan menciptakan keunggulan untuk bersaing sehingga UMKM mampu menghasilkan kinerja pemasaran yang baik sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan keseluruhan kinerja yang dilakukan.

“Dengan penerapan entrepreneurial creativity ini maka daya saing dapat diraih dan kinerja pemasaran akan meningkat,” ujar Astrid.

Sementara itu, Profesor kedua yang dikukuhkan adalah Profesor Dr. Dra. Catur Retnaningdyah, M.Si. yang merupakan profesor aktif ke-26 dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Profesor aktif ke-162 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke-288 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Dalam pidato pengukuhannya, Catur Retnaningdyah menjelaskan tentang bagaimana peran vegetasi sebagai tanaman riparian yang digunakan untuk meningkatkan kualitas air yang tercemar oleh polutan.

Peningkatan kualitas air irigasi yang tercemar bahan organik, pestisida dan pupuk sintetik dapat dilakukan dengan cara aplikasi model teknologi fitoremediasi sistem kontinyu berupa “Riparian Vegetation in Irrigation Ditch (RVID)”

“RVID ini merupakan komunitas hidromakrofita (tanaman air) lokal yang ditanam sebagai vegetasi riparian di tepi saluran irigasi sepanjang minimum 200 m dengan penutupan maksimum 80 persen. Keunggulan model RVID adalah secara efektif mampu meningkatkan kualitas air irigasi tercermin dari kadar oksigen terlarut yang tinggi dan penurunan kadar COD, TSS, Cl2 bebas, ortofosfat, turbiditas, suhu, nilai KMnO4, alkalinitas, BOD, TP, nitrat, konduktivitas, dan TKN,” ungkap Catur.

Peningkatan kualitas air juga terlihat dari peningkatan diversitas spesies makroinvertebrata bentos dan perifiton mengindikasikan penurunan tingkat bahan toksik di perairan, peningkatan kelimpahan spesies yang bersifat sensitif, serta penurunan nilai beberapa indeks biotik seperti FBI, TDI dan %PTV sebagai indikator penurunan tingkat pencemaran bahan organik dan nutrisi di perairan.

Dengan demikian air irigasi hasil proses fitoremediasi ini dapat menjamin tersedianya air irigasi dengan kualitas yang baik untuk mendukung aktivitas pertanian yang sehat.

“Kelemahan teknologi fitoremediasi model RVID ini adalah kesulitan penanaman hidromakrofita sebagai vegetasi riparian di saluran irigasi yang sudah dibangun atau dibeton dan diperlukan tenaga ekstra untuk pemeliharaan supaya penutupan tanaman maksimum 80 persen,” pungkas Catur Retnaningdyah. (A.Y)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan