Ber Islam Ala Gen Z
Oleh : Ghulam Nurul Wildan, S.PdI
Berkenalan dengan Gen Z
Siapa sih sebenarnya Gen Z ini? Pada beberapa analisis yang dilakukan oleh ahli menjelaskan bahwa Gen Z memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Boundaryless generation atau generasi yang minim Batasan. Ryan Jenkins (2017) menjelaskan Gen Z ini memiliki harapan, perspektif kerja yang berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi. Karakter yang dimiliki oleh mereka lebih beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat yang berada di sekitar mereka. Semisal, pemanfaatan teknologi yang begitu masif dilakukan oleh Gen Z sebagai sendi kehudipan mereka. Ibaratnya, Teknologi adalah “nafas” bagi mereka. Seorang peniliti Bruce Tulgan dan Rainmaker Thinking, InC. menulis sebuah artikel yang berjudul Meet Generation Z: The Second Generation within the Giant Millenial Cohort”.
Pertama, Media sosial merupakan gambaran tentang masa depan generasi ini. Kedua, Terhubung dengan orang lain. Ketiga, kesenjangan keterampilan. Dari sini kita bisa melihat mengapa gen z berbeda dengan generasi sebelumnya terutama dalam hal komunikasi, memahami diri sendiri, budaya kerja, berpikir kritis dan juga keterampilan lainnya. Keempat, Menjelajah dan terkoneksi serta memiliki pola pikir global atau global mindset. Kelima, Keterbukaan. Bagaimana kemudian generasi Z harus menerapkan nilai-nilai Agama islam dalam kehidupannya?
Alquran menggambarkan sosok pemuda yaitu seseorang yang memiliki sejumlah karakter seperti sikap kritis dan penggerak masa depan. Hal ini ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim pada masa muda beliau. Allah berfirman dalam surat Al Anbiya ayat 60: “Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.”
Merujuk pada tafsir terbitan Kementerian Agama, menjelaskan bahwa peristiwa tersebut terjadi ketika Nabi Ibrahim berusia 16 tahun dan belum diutus sebagai rasul. Tindakannya timbul dari dorongan kepercayaannya kepada Allah, yang didasari petunjuk kepada kebenaran yang telah dilimpahkan Allah kepadanya.
Karakter lain dari Ibrahim muda ialah sikap lemah lembut. Meskipun ia tidak berhasil meyakinkan ayahnya untuk bertauhid, namun ia tetap memperlihatkan rasa hormat, sayang, dan kelembutan pada sang ayah.
Nabi Ibrahim merupakan model remaja atau pemuda yang mempunyai pola pemikiran logis dan kritis. Karenanya, dengan semangat idealismenya tersebut ia menghancurkan berhala kaumnya, dan menyisakan satu berhala besar. Kejadian tersebut terekam pada jawaban Nabi Ibrahim saat ditanya mengenai hancurnya berhala rezim yang berkuasa dj Babilonia pada surat Al Anbiya ayat 63-64: “Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara. Maka mereka kembali kepada kesadaran mereka dan berkata, “Sesungguhnya kamulah yang menzalimi (diri sendiri).”
Ber Islam Ala Gen Z
Saring sebelum Sharing
Media sosial merupakan lingkungan sosial bagi Gen Z mengingat mereka lahir di antara gencarnya gempuran teknologi dan pesatnya informasi. Sehingga komunikasi, circle pertemanan, informasi tentang Agama, serta ilmu pengetahuan senantiasa menghiasi generasi ini setiap harinya. Sayangnya, tak jarang kemudian banyak berita atau informasi yang tidak jelas sumber dan kebenarannya, Hoax dan juga narasi-narasi fitnah masih sering menjadi headline di beberapa media. Terutama yang berkaitan dengan kehidupan beragama.
Hal ini merupakan problematika Gen Z, bagaimana cara menangkalnya? Saring terlebih dahulu. Saring yang berarti melakukan seleksi ketat terhadap informasi atau berita yang diterima dengan cara; double check, Teliti siapa penulisnya, pastikan kebenaran beritanya, hingga bagaimana berita tersebut di dapatkan. Setelah melakukan itu semua, Sharing kemudian. Sebelum sharing tanyakan pada diri kalian, apakah hal tersebut layak untuk dibagikan ke khalayak apa tidak? Apakah ketika saya share akan memiliki maslahat atau justru mafsadat? Bagaimana perasaan orang lain ketika saya share berita ini? Semakin bersemangat atau tidak ?
Ilmu dan berpikir kritis
Alquran telah banyak menyinggung kita agar senantiasa memaksimalkan anugerah yang diberikan oleh Allah berupa akal. Dalam QS Muhammad : 24 Allah berfirman apakah kalian tidak memikirkan / merenungkan isi alquran, atau hati mereka terkunci. Redaksi yang dipilih Allah yaitu “apakah kalian tidak” hal ini menarik untuk dibahas lebih lanjut. Allah seolah menyindir kita yang tidak mau berfikir, merenung dan memerhatikan kehidupan. Dalam ilmu sastra Arab hal ini biasa disebut dengan “Istifham inkari” seolah – olah Allah mengatakan “kalian kok ngga berfikir, ayo berpikir atau pikirkanlah”.
Pola pikir kritis harus dimiliki oleh Gen Z di tengah ketidak pastian dunia, beragam informasi, bermacam opini terlebih yang berkaitan dengan kehidupan beragama. Saat ini, beberapa orang dalam kehidupan beragamanya mudah sekali untuk mencantumkan satu istilah kepada mereka yang memiliki tatacara beragama yang berbeda, bid’ah lah, kafir lah, taghut lah, atau yang sejenis dengan itu. Untuknya berpikir kritis, terbuka dan produktif adalah salah satu bentuk Jihad yang dilakukan oleh Gen Z yang juga merupakan manifestasi rasa syukur atas pemberian dari Allah SWT. Berupa akal dan pikiran.
Toleran
Kata toleran sering kali kita dengar. Toleran merupakan sikap yang muncul apabila kita dalam kehidupan sehari-hari mampu mengesampingkan ego dalam hal berpendapat, mampu mendengar pendapat dari orang lain, terbuka atas ilmu pengetahuan dan juga tidak memaksakan opini kita diterima oleh orang lain. Sikap toleran sangat diperlukan oleh Gen Z mengingat generasi ini lahir diantara generasi pendahulu yang baru mengenal teknologi, dibanding mereka yang dari awal sudah ada teknologi.
Karenanya, opini dan pendapat yang berbeda antar generasi perlu ditampung dan mendapatkan apresiasi yang sama, dengan cara apa? Toleran terhadap opini mereka. Apabila salah dimaklumi dan diperbaiki, apabila benar dipertahankan dan tidak terlalu dipuji. Selain itu Gen Z yang berada di arus utama media sosial menerima banyak sekali informasi dan ilmu pengetahuan. Sehingga hal tersebut memicu kita untuk senantiasa terbiasa dengan berbagai informasi, ilmu pengetahuan dan wacana-wacana agar tidak terlalu memaksa opini kita diterima oleh orang lain. (*)
* Penulis merupakan Guru aktif di SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School